shilohcreekkennels.com

shilohcreekkennels.com – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah mengimplementasikan sebuah kebijakan baru yang meningkatkan tarif impor untuk kendaraan listrik dari China hingga empat kali lipat. Kebijakan ini diumumkan sebagai respons terhadap subsidi besar yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok kepada produsen kendaraan listrik lokalnya, yang bertujuan mendominasi pasar AS.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan majalah Time, Biden menekankan bahwa Amerika tidak akan mentolerir tindakan Tiongkok yang bertujuan membanjiri pasar AS dengan produk-produk bersubsidi. Sebagai tanggapan, Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok, membantah tuduhan tersebut, mengklaim bahwa kendaraan listrik China bersaing berkat superioritas teknologinya, bukan karena intervensi pemerintah.

Mao Ning juga mengkritik pernyataan bahwa China telah membanjiri pasar Amerika, dengan menunjukkan bahwa ekspor kendaraan listrik Tiongkok ke AS tahun lalu hanya sejumlah 13.000 unit. Menurutnya, jumlah tersebut tidak cukup signifikan untuk dianggap sebagai ‘membanjiri’ pasar.

Peningkatan tarif ini, yang naik dari 25 persen menjadi 100 persen, juga mencakup barang-barang impor lainnya dari China senilai USD 18 miliar, termasuk baja, aluminium, semikonduktor, dan sel surya. Kebijakan ini diharapkan dapat melindungi pekerjaan di industri dalam negeri Amerika, menurut pernyataan Biden yang dikutip oleh Reuters.

“Kami ingin memastikan bahwa pekerja Amerika dapat bersaing secara adil. Persaingan selama ini tidak adil dan kami tidak akan membiarkan China membanjiri pasar kami dengan produk-produk mereka,” kata Biden.

Di sisi lain, Mao Ning mengecam kebijakan ini sebagai pelanggaran terhadap aturan perdagangan internasional yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dia menyerukan kepada AS untuk mematuhi prinsip-prinsip pasar dan aturan perdagangan yang adil dan menciptakan peluang yang setara bagi perusahaan dari semua negara.

Mao Ning juga membela kebijakan subsidi Tiongkok, menyatakan bahwa mereka sesuai dengan peraturan WTO dan beroperasi dalam kerangka keadilan, transparansi, dan non-diskriminasi, sementara mengkritik AS atas pemberian subsidi besar kepada industri dalam negerinya.

Kebijakan baru ini telah memicu diskusi lebih lanjut mengenai perdagangan global dan dampaknya terhadap industri otomotif, khususnya dalam segmen kendaraan listrik yang sedang berkembang.